Tokoh-tokoh Yang Memiliki Kaitan Dengan Pembebasan Irian Barat
Nama lengkap Koesno Sosrodihardjo, beliau lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901, dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun. Soekarno adalah orang yang memiliki cita-cita merebut Irian Barat (kini Papua) dari tangan Belanda. Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949, tidak memberi penyelesaian soal Irian Barat.
Di alun-alun Yogyakarta tanggal 19 Desember 1961, Soekarno berteriak lantang menyerukan Trikora atau Tri Komando Rakyat. Bukan tanpa sebab seruan itu disampaikan di Yogya dan mengambil tanggal 19 Desember. Tanggal 19 Desember 1948, atau tepat 13 tahun sebelumnya, Belanda menggelar agresi militer Belanda II dan menyerang Kota Yogya. Pemerintahan Republik langsung jatuh. Soekarno, Hatta, Sjahrir dan para pemimpin republik ditangkap tentara Belanda.
Komodor Yos Sudarso
Laksamana Madya TNI (Ant.) Yosaphat Soedarso lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 24 November 1925 – meninggal di Laut Aru, 15 Januari 1962 pada umur 36 tahun. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia gugur di atas KRI Macan Tutul dalam peristiwa pertempuran Laut Aru setelah ditembak oleh kapal patroli Hr. Ms. Eversten milik armada Belanda pada masa kampanye Trikora. Namanya kini diabadikan menjadi nama KRI dan pulau.
Peranan ia dalam pembebasan irian barat adalah memimpin KRI macan tutul untuk menyelamatkan / membebaskan irian barat.
Soeharto
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.
Peran penting dalam Operasi Mandala yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto. Bahkan, saat itu, Soekarno sebagai Presiden sudah melakukan ancaman perang dan menghancurkan siapa pun yang akan membela Belanda. Sebagai tindakan awal operasi militer saat itu, Pemerintah Indonesia membentuk Propinsi Irian dengan Ibu kota di Halmahera, tepatnya di Soasiu. Gubernur pertama yang menjabat pada masa itu, ditunjuk Zainal Abidin Syah, Sultan Tidore. Sehingga, pemerintah Indonesia tidak lagi mengalami hambatan untuk menjangkau wilayah Irian.
Zaenal Abidin Syah
Zainal Abidin Syah adalah Gubernur Irian Barat (sekarang Papua) pertama yang menjabat pada tahun 1956–1961. Saat panasnya hubungan antara Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat, ia diangkat menjadi Gubernur Irian Jaya yang berkedudukan di Soasiu, Tidore.
Zainal Abidin Syah juga merupakan Sultan Tidore periode 1947–1967, beliau mempunyai peranan penting di dalam sejarah perebutan kembali Papua Barat. Pada tanggal 17 Agustus 1956 Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan Propinsi Perjuangan Irian Barat dengan Ibukota sementara di Soa-Sio Tidore.
Johanes Abraham Dimara
Johannes Abraham Dimara dilahirkan di Korem, Biak Utara, Papua, pada 16 April 1916. Ia tamat pendidikan dasar di Ambon pada tahun 1930. Ketika Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora, ia menjadi contoh sosok orang muda Papua dan bersama Bung Karno ikut menyerukan Trikora di Yogyakarta. Ia juga turut menyerukan seluruh masyarakat di wilayah Irian Barat supaya mendukung penyatuan wilayah Irian Barat ke dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Herlina Kasim
Herlina Kasim atau Sitti Rachmah Herlina lahir di Malang Jawa Timur, 24 Februari 1941 – meninggal di Jakarta, 17 Januari 2017 pada umur 75 tahun. Ia adalah salah satu pejuang Trikora dan mendapat julukan "Pending Emas".
Sebelum menjadi sukarelawati, bersama penduduk sekitar Herlina melakukan demonstrasi menentang Dewan Boneka bentukan Belanda dan mengajak mereka yang bergabung untuk berjuang merebut Irian Barat. Maluku sendiri kala itu menjadi garis depan yang kian memanas menyusul dibentuknya Dewan Boneka bentukan Belanda di Irian.
AH Nasution
Abdul Haris Nasution dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1918 di Huta Pungkut, Kecamatan Kotanopan, Tapanuli Selatan, sebagai putera kedua H. Abdul Halim Nasution dan ibu Zahara Lubis. Pada tahun 1932, ia menyelesaikan pendidikannya di Hollandsche Inlandsche School (HIS), Kotanopan dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Raja Hoofden School, sekolah pamong praja, Bukit Tinggi. Pada tahun 1935, Abdul Haris Nasution melanjutkan pendidikannya di Hollandsche lnlandsche Kweekschool (HIK), Sekolah Guru Menengah di Bandung. Kemudian ia mengikuti ujian Algemene Middelbaare School B (AMS) di Jakarta, sehingga pada tahun1938 ia memperoleh dua ijazah sekaligus.
Abdul Haris Nasution berperan dalam perjuangan Pembebasan Irian Barat baik tingkat politik maupun militer. Langkah awalnya adalah menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Langkah selanjutnya meningkatkan aktivitas perjuangan ke dalam maupun ke luar negeri.
Nama: Galuh Sulaiman Abdul
Kelas: XII IPA 3
Komentar
Posting Komentar